Selasa, 26 April 2011

MAKALAH TEORI PEMROSESAN INFORMASI

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.Tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase:1) Motifasi, 2) Pemahaman, 3) Pemerolehan, 4) Penyimpanan, 5) Ingatan kembali, 6) Generalisasi, 7) Perlakuan, 8) Umpan Teori Pemrosesan Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran, pengalaman atau instruksi. Dalam beberapa hal pengetahuan tentang situasi yang telah dikumpulkan atau diterima melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejan dan didapatkan dari berita, juga disebut informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses atau ditransmisikan. Penelitian ini memokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelejaran, pengalaman, dan instruksi.
Model pemrosesan informasi beranggapan bahwa anak-anak mempunyai kemampuan yang lebih terbatas dan berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tidak dapat menyerap banyak informasi, kurang sistematis dalam hal informasi apa yang diserap, tidak banyak mempunyai strategi untuk mengatasi masalah, tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai dunia yang diperlukan untuk memahami masalah, dan kurang mampu memonitor kerja proses kognitifnya.
Perkembangan anak yang optimal merupakan tujuan para psikolog perkembangan, maka sangat relevan jika individu-individu yang berkecimpung dibidang ini melakukan penelitian yang tujuanya bermuara pada meningkatkan kemampuan pemrosesan informasi. 
Salah satu teori kognitif yang menjelaskan proses belajar pada diri seseorang yang berkenaan dengan tahap-tahap proses pengolahan informasi adalah teori pemrosesan informasi. Menurut teori ini proses belajar tidak berbeda halya dengan proses menerima,menyimpan dan mengungkapken kembali dengan informasi-informasi yang telah diterima sebelumnya. Genjala-gejala tentang belajar dapat dijelaskan jika proses belajar itu dianggap sebagai proses transformasi masukan menjadi keluaran. Jadi, proses belajar tersebut mirip dengan apa yang terjadi pada sebuah komputer.
Berbagai pemahaman tentang belajar telah benyak dikemukakan oleh para ahli dari berbagai aliran. Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari sudut pandang teori pemrosesan informasi. Proses belajar menurut teori ini meliputi kegiatan menerima, menyimpan dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya apa yang anda lihat, yang penting bagaimana proses kognitif itu terjadi dalam diri pembelajar.

B.  Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan makalah yang terarah diperlukan adanya rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang di atas dapat kita rumuskan masalah yang ada sebagai berikut :
1.      Bagaimana konsep dari teori pemrosesan informasi?
2.      Bagaimana penerapan teori pemrosesan informasi di kelas?

C.  Tujuan Pembuatan Makalah
Pemakalah harus memiliki tujuan yang jelas. Pemakalah dalam hal ini memiliki tujuan mengetahui tentang konsep dasar dari teori pemrosesan informasi dan penerapan teori pemrosesan informasi di kelas. 






D.  Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis dan secara praktis.
1.        Manfaat Teoretis
a.       Hasil penelitian ini daharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan acuan jika akan diadakan penelitian lanjutan.
b.      Hasil penelitian ini daharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa dan pembaca yaitu menambah wawasan, pengetahuan tentang teori pemrosesan informasi.
2.             Manfaat Praktis
a.       Bagi peneliti diperoleh manfaat dan penerapan dari teori pemrosesan informasi di kelas.
b.      Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang teori pemrosesan informasi.
c.       Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai informasi dan pengetahuan tentang teori pemrosesan informasi.







BAB II
PEMBAHASAN
A.  Konsep Dasar Teori pemrosesan Informasi
Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan pada memori panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara tersusun. Tahapan pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada bagaimana pengatahuan baru yang dimodifikasi.
Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia dijelaskan sebagai berikut: pertama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya yaitu: mata, telinga, hidung dan sebagainya. Beberapa informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan dalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempnyai kapasitass pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses secara sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat.
Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat ditransfer dalam ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merukan hal penting dalam proses belajar. Karena ingatan jangka panjang merupakan tempat penyimpanan informasi yang faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan informasi bagaimana cara mengerjakan sesuatu.
Tingkat pemrosesan stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi dengan pengetahuan ynag telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses dari pada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yamg menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam dari pada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya.
Pengulangan memegang peranan penting dalam pendekatan model. Penyimpanan juga dianggap penting dalam pendekatan model tingkat pemrosesan. Namun hanya mengulang-ulang saja tidak cukup untuk mengingat. Untuk memperoleh tingkatan yang lebih dalam, aktivitas pengulangan haruslah bersifat elaboratif. Dalam hal ini, pengulangan harus merupakan sebuah proses pemberian makna dari informasi yang masuk.

B.  Penerapan Teori Pemrosesan Informasi Di Kelas
Kegiatan belajar dalam toeri pemrosesan informasi dapat diilustrasikan dengan bagan sebagai berikut:
                                                             Memory output
sensori ourput
                      attantion                        retievel storage                                            
                                                                                                                                                                                                          
sensori register              short term memory           long term memory
Dalam sensori input dan sensori register infomasi hanya beberapa detik, sangat singkat, didapat dari penglihatan, sentuhan dan lain sebagainya. Dio dalam short term memory, informasi tersebut akan ada dalam beberapa detik antara 20-30 detik, ada rehaorsal buffer yang diulang terus menerus dihubungkan dengan informasi lain yang telah ada dalam ingatan. Sedangkan dalam long term memory, waktunya adalah berhario-hari, berbulanp-bulan, bertahun-tahun dan sepanjang masa; informasi yang tidak terproses dengan baik akan hilang atau terlupakan; pada saat kita mengingat sesuatu segala items akan tergambar di sini. Dari penjelasan di atas dapat diuraikan sebai berikut:
1.    Dari lingkungan, pembelajar mendapat rangsangan yang mengativasikan reseptor dan transformasikan pada informasi saraf. Pada awalnya informasi ini masuk ke dalam struktur yang disebut sensory register (SR) dan tersimpan dalam waktu yang sangat singkat dalam hitungan perseratus detik.
2.    Tidak seluruh gambaran informasi yang direkam dalam SR akan bertahan, karena informasi tersebut ditrasformasikan ke dalam bentuk rangsang melalui proses persepsi selektif, yaitu proses pemberian perhatian terhadap gambaran tertentu dari informasi yang ada dalam SR dan mengabaikan informasi lain (misalnya: tekstur, kemiringa, objek tiga dimensi dsb). Proses persepsi selektif ini membentuk jenis input baru yang akan masuk ke dalam short term memory storage (STM).

3.    Dalam STM, informasi akan bertahan sampai sekitar 20 detik. Ada dua bentuk penyimpanan dalam STM, yaitu:
a).Bentuk akustis (informasi yang secara internal didengar oleh pembelajar.
b).bentuk artikulator (pembelajar mendengar dirinya sendiri mengatakan informasi). Sebagai contoh, saat seseorang mengingat nomor telepon karena akan menelepon, maka ia akan mendengarkan dirinya sendiri mengulang nomor tersebut. Kapasitas STM terbatas, item bisa berupa huruf, angka, atau kata dengan satu suku kata. Bila kapasitasnya sudah terisi penuh, maka item lama akan terbuang saat ada item baru masuk.
4. Dalam STM, ada suatu proses yang disebut rehearsal, yaitu: suatu proses pengulangan mental (pengulangan secara tenang) dari informasi. Proses rehearsal ini, selain membantu memperpanjang masa bertahannya informasi dalam STM, juga membantu dalam pengkodean informasi, sehingga akan bisa masuk (menjadi input) ke dalam struktur berikutnya, yaitu: long term memory stotage (LMT) tapi tidak membentu dalam meningkatkan jumlah item yang disimpan dalam STM.
5. Transformasi informasi yang paling oenting terjadi saat informasi keluar dari STM dan masuk ke dalam LTM. Proses ini disebut pengkodean (encoding). Informasi yang terdapat dalam STM demgam gfambaran perspektual tertentu ditransformasikan ke dalam bentuk konseptual, bentuk yang bermakna. Jadi informasi tidak lagi disimpan dalam bentuk suara atau bentuk rupa, tapi sebagai konsep yang diketahui maknanya dan dapat dirujuk dengan cepat dalam lingkungan pembelajar. Informasi yang disimpan ini diorganisasikan dalam berbagai cara, tidak hanya dikumpulkan.
6. Penyimpanan dalam LTM bersifat permanen. Tetapi, karena berbagai faktor informasi-informasi tersebut bisa jadi tidak dapat akses, misalnya karena interferensi antara memori lama dengan memori baru. Salah satu contoh akibat kesulitan mengakses informasi dari LTM ini adalah terjadinya lupa.
7. Untuk menemukan kembali informasi dari LTM biasanya dibutuhkan adanya cues baik melalui situasi eksternal maupun oleh si pembelajar itu sendiri (dari sumber memori lain) cues ini diperlukan untuk memasangkan atau mengaitkan apa yang telah dipelajari sehingga informasi yang dicari dapat dikenali dan ditemukan kembali.
8. Recall dari apa yang sudah dipelajari  dapat terjadi segera setelah proses belajar terjadi, tapi bisa pula tertunda. Kadang membutuhkan rekontruksi dari kejadian yang perlu diingat.
9. Transfer of Learning terjadi bila recall terhadap apa yang dipelajari mencakup aplikasi terhaap situasi atau masalah baru. Dalam hal ini seseorang yang perlu menerapkan pengetahuan atau ketrampilannya dalam situasi masalah baru harus mengarahkan suatu proses pencarian yang lebih kompleks dari pada menggunakannya pada situasi atau masalah yang biasa ditemui.
10. STM juga memiliki peran sebagai memori aktif atau memori kerja yang sangat penting. Proses pencarian dapat dilakukan dalam memori kerja untuk menemukan kembali bahan-bahan yang disimpan dalam LTM. Sebagai hasilnya, bahan tersebut dapat kembali ke dalam memori kerja dalam suatu bentuk yang dapat disimpan dan dipasangkan dengan input yang baru diterima.
11. Generator respon menentukan, partama, bentuk dasar dari respon manusia, yaitu apakah muncul dalam bentuk perkataan, otot besar tubuh, otot kecil tangan atau lainnya. Kedua menentukan pola dari performance, urutan dan waktu dari gerakan yang masuk tindakan. Secara umum proses yang dihubungkan dengan generator respon menjamin bahwa performance akan terorganisasikan.
12. Tahapan berikutnya adalah aktifasi dari efektor; pola aktivitas yang dapat diamati secara eksternal.
Dalam kegiatan belajar seseorang, menurut teori pemrosesan informasi terdapat efek eksternak yang mempengaruhi, yaitu:
a)      Kejadian eksternal bisa mempromosikan belajar dan memori dalam jangka waktu yang sangat singkat sebelum sesuatu disimpan. Proses yang terjadi dalam pembelajaran berkait dengan memasukkan stimulus yag relevan ke dalam belajar. Tahapan persiapan ini terdiri atas; pertama kewaspadaan terhadap rangsang yang disebutsebagai perhatian. Kedua; persepsi selektif. Merupakan proses penyarinagan dan pengorganisasian yang sangat penting dari rangsang, yang membawa pada seluruh penyimpanan dari ciri rangsang yang relevan dalam STM. Dari sinilah informasi yang telah ditransformasikan kembali (diberi kode) untuk bisa masuk ke dalam LTM.
b)      Untuk belajar, pertama pembelajar haruslah menerima stimulus artinya panca indera mereka harus diarahkan pada sumber stimulasi dan mereka harus siap menerimanya. Memberikan perhatian merupakan langkah awal dalam belajar yang dapat dideteksi dengan mengamati apa yang dilihat atau didengarkan oleh pembelajar. Stimulasi eksternal yang menghasilkan kewaspadaan bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya membuat keadaan menjadi lebih terang atau mengeraskan suara. Secara umum membuat perubahan tiba-tiba, baik meningkatkan maupun menurun, merupakan stimulus yang efektif untuk membuat pembelajar wapada.
c)      Persepsi selektif bisa diarahkan dengan intruksi verbal atau bentuk stimulasi lainnya. Misalnya, pada teks bacaan persepsi selektif bisa diarahkan dengan membuat garis bawah atau cetak miring pada kata tertentu yang harus diperhatikan.
Adapun implikasi teori pemrosesan informasi terhadap kegiatan pembelajaran adlah sebagai berikut:
1.      Model pemrosesan informasi dari belajar dan ingatan memiliki signifikasi yang besar bagi perencanaan dan desain pembelajaran dalam proses pemndidikan. Belajar dimulai dengan pemasukan stimulasi dari reseptor dan diakhiri dengan umpan balik yang mengikuti performance pembelajar. Diantara kejadian-kejadian ini ada beberapa tahapan dari pemrosesan internal. Pembelajaran tidak hanya merupakan prose sederhana dari penyajian stimulus, melainkan merupakan komposisi dari berbagai jenis stimulasi eksternal yang berbeda, yang mempengaruhi beberapa proses belajar yang berbeda.
2.      Secara keseluruhan stimulasi yang diberikan kepada pembelajar selama pembelajaran berfungsi mensupport yang terjadi pada pembelajaran. Kejadian  eksternal yang disebut pembelajaran bisa mendukung proses internal dengan mengakyifkan mental set (keadaan mental) yang mempengaruhi perhatian dan persepsi seklektif. Kejadian eksternal bisa meningkatkan proses internal dengan memberikan pengorganisasian yang dibuat oleh pembelajar. Pembelajar juga memantapkan pengioperasian proses pengendali tindakan, seperti harapan akan hasil performance.




BAB III
ANALISIS KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

A.  Analisis Kelebihan
Dengan manggunakan teori pemprosesan informasi akan membantu meningkatkan keaktifan siswa untuk berfikir dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan berusaha mengaitkan suatu kejadian atau proses pembelajaran yang menarik dengan materi yang disampaikan, karena dalam teori pemprosesan informasi guru atau pendidik di tuntut untuk kreatif dalam memberikan pengajaran terhadap peserta didik. Yang dimaksud guru kreatif tersebut adalah guru mampu menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan alat bantu dan metode penyampaian yang dapat menarik siswa sehingga, siswa akan mudah mengingat dan memahami materi yang di sampaikan.

B.  Analisis Kelemahan
Jika seorang guru tidak nbisa menyampaikan meteri pembelajaran dengan metode dan alat bantu yang dapat menarik siswa, maka proses pembelajaran akan terasa membosankan. Sehingga tidak akan menarik perhatian siswa yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu apabila menghadapi siswa atau peserta didik yang benar-benar tidak mampu diajak untuk aktif berfikir maka akan terjadi ketidak singkronan antara pendidik dan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.

BAB IV
KESIMPULAN

Teori pemprosesan informasi menyatakan bahwa hanya sedikit informasi yang dapat diolah dalam memori kerja setiap saat. Terlalu banyak elemen bisa sangat membebani memori kerja sehingga menurunkan keefektifan pengolahan informasi. Jika penerima diharuskan membagi perhatian mereka diantara, dan mengintegrasikan secara mental dua atau lebih sumber-sumber informasi yang berkaitan misalnya, teks dan diagram, proses ini mungkin menempatkan suatu ketegangan yang tidak perlu pada memori kerja yang terbatas dan menghambat pemerolehan informasi.












DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asih. 2005. Belajar danPembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Putra, Yovan. 2008. Memori dan Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya

1 komentar: