Selasa, 26 April 2011

BAB I PENDAHULUAN (ANALISIS WACANA GRAFITI)

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Penggunaan bahasa, (baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontrak sosial. Bahasa juga dipandang sebagai cermin kepribadian seseorang karena bahasa diterjemahkan sebagai refleksi rasa, pikiran dan tingkah laku. Adakalanya seorang yang pandai dan penuh dengan ide-ide cemerlang harus terhenti hanya karena dia tidak bisa menyampaikan idenya dalam bahasa yang baik. Oleh karena itu seluruh ide, usulan, dan semua hasil karya pikiran tidak akan diketahui dan dievaluasi orang lain bila tidak dituangkannya dalam bahasa yang baik.
Bahasa sering dianggap sebagai produk sosial atau produk budaya, yang merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan, perilaku masyarakat, dan penyingkapan budaya termasuk teknologi yang, diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa. Bahasa bisa dianggap sebagai “cermin zamannya” artinya bahwa bahasa di dalam suatu masa tertentu mewadahi apa yangterjadi dalam masyarakat (Sumarsono & Partana, 2002: 20).
Proses penerimaan pesan pada manusia, membutuhkan alat indera. Sedangkan otak merima pesan untuk diterjemahkan menjadi sebuah informasi. Proses penerimaan pesan pada manusia dapat berupa informasi yang visual dan nonvisual. Informasi visual dapat diterima manusia melalui indera pendengarannya. Sedangkan, informasi yang non visual dapat diterima dengan cara melihat informasi tersebut. Informasi yang disampaikan dengan nonvisual ini sudah dimulai sejak jaman prasejarah. Awalnya dengan membuat gambar pada dinding goa dan lainnya.
Berkomunikasi melalui lukisan-lukisan di dinding juga masih dilakukan, salah satu medianya adalah mural. Mural adalah salah satu media efektif yang saat ini masih digunakan sebagai alat penyampai pesan secara visual dan merupakan salah satu wujud dari seni rupa tetapi di dalamnya memiliki arti atau pesan yang disampaikan kepada khalayak umum.
Selain mural dapat juga menggunakan grafiti sebagai penyampai pesan. Grafiti ini merupakan suatu coretan-coretan pada dinding tembok yang memiliki arti di dalamnya. Graffiti adalah kegiatan dari seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dari volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding (Wicandra & Angkadjaja, 2005). (Manco, 2004:7) menuliskan bahwa seni grafiti senantiasa berkembang secara terus menerus. Setiap hari, lapisan cat dan poster-poster yang baru saja ditempel, bermunculan hanya dalam waktu semalam ditiap kota yang ada di seluruh dunia. Proses pembaharuan yang secara terus menerus terhadap tanda-tanda dan karya seni-karya seni ini dibuat di atas lapisan grafiti lama yang telah memudar dan pada permukaan-permukaan yang telah rusak di sebuah kota.


Grafiti yaitu berasal dari Italia “graffiti” yang berarti goresan atau guratan (Susanto, 2002: 47). Menurut Danton (dalam Susanto, 2002: 3) menyebutkan dengan demotic art atau yang memiliki dan memberi fungsi pada pemanfaatan aksi corat-coret. Pada dasarnya aksi ini dibuat atas dasar anti estetik dan chaostic (bersifat merusak baik dari segi fisik maupun non fisik). Grafiti adalah salah satu tanda atau penanda yang dengan sengaja dibuat oleh manusia pada suatu permukaan benda baik itu milik pribadi atau milik publik. Pengerjaan graffiti bisa secara terang-terangan atau dengan sepengetahuan pemilik properti dan ada yang secara diam-diam atau tanpa sepengetahuan dari sang pemilik properti. Grafiti yang dikerjakan dengan tanpa sepengetahuan pemilik properti, maka grafiti tersebut dapat dikategorikan sebagai sebuah vandalism.
Grafiti sendiri telah ada sejak peradaban kuno yaitu sejak zaman Yunani Klasik dan Kerajaan Roma. Pada zaman Romawi kegiatan grafiti sebagai sarana menunjukkan ketidakpuasan baru. Bukti ditemukannya adanya lukisan sindiran terhadap pemerintah di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan direruntuhan kota Pompei. Sementara di kota Roma sendiri dipakai sebagai alat propaganda untuk mendeskreditkan pemeluk Kristen yang pada saat itu dilarang oleh kaisar. Perkembangan grafiti lebih jelas lagi terlihat pada zaman Mesir Kuno. Memperlihatkan aktifitas melukis pada dinding-dinding piramida. Lukisan-lukisan ini mengkomunikasikan alam lain yang ditemukan oleh bangsa Firaun setelah dimumikan.

Indonesia, pada masa perang kemerdekaan  grafiti menjadi alat propaganda yang efektif dalam menggelorakan semangat melawan penjajah Belanda. Keberanian menuliskan grafiti maka nyawa menjadi taruhannya. Masyarakat yang menjadi penulis grafiti pada saat itu menjadi posisi yang sangat penting juga dalam masa peran kemerdekaan. Affandi pelukis masa penjajahan Belanda membuat tulisan slogan dengan “Boeng Ajo Boeng”! yang kemudian ditulis di tembok-tembok jalanan.
Menurut catatan Majalah HAI no.36/XXX/4 10 September 2006, gerakan grafiti di Indonesia diawali tahun 1970-an. Berupa tag atau coretan tanda tangan pembuat serta coretan tulisan-tulisan yang lebih memaknakan identitas kelompok atau geng, nama sekolah, sumpah serapah, kritik sosial anti-pemerintah bahkan nama seseorang yang disukai. Cat semprot pada masa itu sudah marak. Di Jakarta disemarakkan oleh coretan-coretan yang dimaksudkan sebagai kebanggaan kelompok atau geng. Seperti “Rasela” yang berarti Rajawali Selatan di kawasan gunung Sahari. “T2R” di wilayah Tomang-Slipi-Grogol atau “Lapendos” (Laki-laki Penuh Dosa).  Di Bandung pada tahun 1970-1980 ada sekelompok geng yang menuliskan grafiti “orexas” (Organisasi Sex Bebas) yang menyemarakkan kota Bandung.
Sekelompok pasukan dengan mengenakan sweater dan masker sambil menenteng cat semprot di tangan. Inilah yang biasa disebut komunitas boomber. Komunitas grafiti adalah salah satu komunitas yang berkembang dan menjadi salah satu bagian dari masyarakat. Komunitas ini sering disebut dengan komunitas boomber yang merupakan sebutan dari pelaku grafiti.
Interaksi yang terjadi di dalam komunits grafiti, yang dilakukan oleh para boomber memungkinkan terjadinya pula pertukaran simbol-simbol yang memiliki nilai sehingga nilai tersebut menjadi dasarpara boomber untuk bertindak. Penerimaan nilai-nilai tersebut oleh para boomber mempunyai makna yang berbeda-beda.
Banyak karya sastra yang ditulis baik oleh orang Indonesia maupun orang asing memotret sisi-sisi natural  Indonesia. Beberapa diantaranya karya sastra yang berhubungan dengan dunia politik dan dunia ekonomi seperti:. Sayangnya diantara karya-karya tulis tentang Indonesia tersebut, sangat sedikit dijumpai karya sastra khusus mengulas grafiti di Indonesia, utamanya grafiti yang terdapat di toilet umum dalam perspektif linguistik. Sedikitnya tulisan yang mengupas tentang grafiti di toilet umum ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain; (a) adanya anggapan bahwa grafiti di toilet adalah produk dari tangan-tangan orang-orang yang kurang paham tentang kebersihan sehingga tidak layak untuk didiskusikan, (b) grafitidi toilet umum adalah produk orang-orang yang tidak terpelajar dan karenanya mengandung makna dangkal atau rendah, (c) dan adanya anggapan bahwa toilet umum adalah tempat yang kurang bersahabat untuk dijadikan bahan diskusi apalagi dalam bentuk sebuah artikel formal.Seni grafiti ada yang sengaja ditulis dan ada yang tidak disengaja ditulis. Grafiti juga telah ada di kota Pacitan. Terdapat beberapa coretan-coretan yang di dalamnya juga terdapat maksud dan tujuan dari Sang Boomber. Meskipun tidak seperti kota-kota besar lainnya, yang terdapat begitu banyak komunitas boomber sehingga menciptakan grafiti yang sangat banyak. Kota Pacitan tidak terlalu banyak grafiti yang diciptakan. Hanya di beberapa tempat tertentu saja. Jumlah grafiti ini tidaklah menyurutkan saya untuk menelitinya. Keberadaan grafiti di kota Pacitan ini menandakan adanya aktifitas layaknya kota besar lainnya dari komunitas boomber. Seni grafiti menjadi suatu kontroversial dalam masyarakat. Diantaranya ada yang merespon baik karena grafiti dipandang dapat memperindah kota dan diantaranya ada yang memandang buruk karena kehadiran grafiti dapat memperburuk keadaan tata kota. Sebagian kalangan yang memandang bahwa grafiti dapat memperindah kota disebabkan karena penggarapan boomber itu dinilai indah dan mempunyai letak pada kondisi yang tepat pada tempatnya. Sebelum adanya coretan grafiti tempat tersebut terlihat sangat jelek dan usang. Perubahan setelah digarapnya grafiti pada tempat tersebut menjadi terlihat lebih bagus dan terdapat suasana baru yang mempunyai nilai seni sendiri. Beberapa kalangan masyarakat yang menilai adanya grafiti dapat memperburuk keadaan tatanan kota dikarenakan penggarapan dari sang boomber yang asal-asalan dan tidak terkonsep sedemikian rupa sehingga berkesan sangat arogan dan tidak tertata dengan rapi. Selain itu juga pengerjaan grafiti yang memilih tempat asal-asalan tanpa sepengatahuan pemilik tembok atau pemerintah daerah.
Salah satu grafiti yang terdapat di Kabupaten Pacitan adalah di dinding-dinding Gedung Gasibu dan di dinding-dinding ruko di depan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Pacitan. Dinding-dinding tersebut terdapat macam grafiti, baik yang berupa coretan tulisan dinding, seni grafiti sendiri dan ada juga mural pada dinding ruko depan Sekolah MAN.
Berdasarkan keterangan di atas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian terhadap karya grafiti yang terdapat di kota Pacitan yang lebih tepatnya di dinding Gedung Gasibu dan di ruko depan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Pacitan. Peneliti ingin menganalisis dari grafiti yang ada di Kabupaten Pacitan tersebut.

B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut
1.    Gambaran umun masyarakat Kabupaten Pacitan kota tentang seni grafiti?
2.    Apa yang mendorong timbulnya seni grafitidi Kabupaten Pacitan?
3.    Bagaimana cara boomber melakukan seni grafiti?
4.    Apa makna yang terkandung dalam grafiti secara umum?
5.    Bagaimana proses pemilihan kata yang digunakan dalam grafiti?
6.    Apa tujuan dari pembuatan grafiti?
7.    Bagaimana analisis mikrotekstual pada grafiti?
8.    Bagaimana analisis makrotekstual pada grafiti?




C.  Pembatasan Masalah
Penelitian dalam skripsi ini, penulis batasi pada bentuk-bentuk grafiti pada dinding-dinding yang penulis teliti adalah yang terdapat di Gedung Gasibu dan rukodi depan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Pacitan. Kedua tempat tersebut terdapat di Kabupaten Pacitan khususnya Kecamatan Pacitan.
Pembatasan masalah dalam skripsi ini juga terdapat pada analisis wacana grafiti mikrotekstual dengan menitikberatkan pada mekanisme kohesi tekstual baik gramatikal maupun leksikal yang membentuk wacana menjadi koheran. Selain itu analisis wacana grafiti ini juga dititikberatkan pada analisis makrotekstual dengan mempertimbangkan konteks situasi.

D.  Rumusan Masalah
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terarah maka diperlukan suatu rumusan masalah. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini. Masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1.    Bagaimana analisis mikrotekstual pada grafiti yang terdapat di Kabupaten Pacitan?
2.    Bagaimana analisis makrotekstual pada grafiti yang terdapat di Kabupaten Pacitan?



E.   Tujuan Penelitian
Penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis wacana dalam grafiti yang terdapat di Kabupaten Pacitan khususnya pada dinding-dinding Gedung Gasibu Pacitan dan ruko di depan Sekolah MAN Pacitan.
1.        Tujuan Umum
Penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis grafiti yang dikaji dengan analisis mikrotekstual dan analisis makrotekstual dalam seni grafiti di Kabupaten Pacitan.
2.        Tujuan Khusus
Tujuan di penelitian untuk menjawab pada rumusan masalah yang telah ada agar terjadi hubungan yang relevan.
a)         Mendeskripsikan analisis mikrotekstual pada grafiti di dinding-dinding Gedung Gasibu Pacitan dan di ruko depan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Pacitan.
b)        Mendeskripsikan analisis makrotekstual grafiti didinding-dinding  Gedung Gasibu Pacitan dan di ruko depan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Pacitan.




F.   Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis dan secara praktis.
1.           Manfaat Teoretis
a.       Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan acuan jika akan diadakan penelitian lanjutan.
b.      Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa dan pembaca yaitu menambah wawasan, pengetahuan tentang seni grafiti.
2.           Manfaat Praktis
a.       Bagi peneliti diperoleh manfaat dan tujuan dari pembuatan seni grafiti yang berkembang, serta bagaimana bahasa yang digunakan dalam seni grafiti.
b.      Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang analisis wacana dengan menggunakan kajian analisis makrotekstual dan analisis mikrotekstual.
c.       Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai informasi bagaimana suatu karya seni seperti grafiti ini dapat dilestarikan sebagai suatu hasil karya seni yang memiliki nilai dan pesan yang terkandung di dalamnya. Karya grafiti ini dapat memperindah tata kota yang awalnya dipandang sebagai tempat yang tidak terawat

1 komentar: