Rabu, 06 Juli 2011

Proses Pemerolehan Bahasa

PEMEROLEHAN BAHASA
*      Pemerolehan Bahasa Pertama
·        Ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa.Pertama, pemerolehan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.
·        Ali (1995:77) mengatakan bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak awal hidupnya melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungan. Hal ini menunjukkan bahasa pertama (B1) merupakan suatu proses awal yang diperoleh anak dalam mengenal bunyi dan lambang yang disebut bahasa.
·        Apabila dalam proses awal menunjukkan pemahaman dan penghasilan yang baik dari keluarga dan lingkungan bahasa yang diperolehnya, proses pemerolehan bahasa selanjutnya akan mendapatkan kemudahan. Tahapan-tahapan berbahasa ini memberikan pengaruh yang besar dalam proses pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa adalah proses pemahaman dan penghasilan (produksi) bahasa pada diri anak melalui beberapa tahap mulai dari meraban sampai fasih berbicara (Indrawati dan Oktarina, 2005:21).
·        Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu (a) perkembangan prasekolah (b) perkembangan ujaran kombinatori, dan (c) perkembangan masa sekolah. Perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak pada masa prasekolah dapat dibagi lagi atas perkembangan pralinguistik, tahap satu kata dan ujaran kombinasi permulaan.
*      Pemerolehan Bahasa Kedua
·        Proses Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai dua cara yang, berbeda berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.
Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa.
·        Pemerolehan dan pembelajaran dapat dibedakan dalam lima hal, yaitu pemerolehan:
1.      memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal,
2.      secara bawah sadar, sedangkan pembelajaran sadar dan disengaja.
3.      bahasa kedua seperti memungut bahasa kedua, sedangkan pembelajaran mengetahui bahasa kedua,
4.      mendapat pengetahuan secara implisit, sedangkan pembelajaran mendapat pengetahuan secara eksplisit,
5.      pemerolehan tidak membantu kemampuan anak, sedangkan pembelajaran menolong sekali.
·        Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya.
·        Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan,guru. Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari, dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja.


·        Pemerolehan Bahasa Kedua
1.      Bagi sebagian besar anak Indonesia, bahasa Indonesia bukan bahasa pertama mereka, melainkan bahasa kedua, atau ketiga.
2.      Pengenalan/penguasaan bahasa Indonesia dapat terjadi melalui proses pemerolehan atau proses belajar.
3.      Proses pemerolehan terjadi secara alamiah, tanpa sadar, melalui interaksi tak formal dengan orang tua dan/atau teman sebaya, tanpa bimbingan.
4.      Proses belajar terjadi secara formal, disengaja, melalui interaksi edukatif, ada bimbingan, dan dilakukan dengan sadar.
5.      Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2) didapat bersama-sama atau dalam waktu berbeda. Jika didapat dalam waktu yang berbeda, Bahasa Kedua (B2) didapat pada usia prasekolah atau pada usia Sekolah Dasar.
6.      Bahasa Kedua (B2) dapat diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama (B1) dan Bahasa Kedua (B2). Jika diperoleh di lingkungan Bahasa Pertama, Bahasa Kedua dipelajari melalui proses belajar formal; jika didapat di lingkungan Bahasa Kedua, Bahasa Kedua didapat melalui interaksi tidak formal, melalui keluarga, atau anggota masya-rakat Bahasa Kedua.
·        Prinsip dan Metode Pengajaran B2
1.      Belajar Bahasa Kedua (B2) adalah belajar dalam konteks pemakaian bahasa yang sebenarnya.
2.      Belajar Bahasa Kedua (B2) adalah belajar menggunakan Bahasa Kedua (B2) tersebut dalam berbagai fungsinya.
3.      Siswa harus dilatih menggunakan bahasa secara tepat.
4.      Pengajaran bahasa perlu memperhatikan kebutuhan afektif dan kognitif pelajaran.
5.      Pemahaman Budaya Bahasa Kedua (B2) perlu ditumbuhkan dalam pengajaran Bahasa Kedua (B2).
6.      Metode tata bahasa terjemahan tidak membuat siswa terampil menggunakan bahasa, tetapi tahu tentang bahasa.
7.      Metode langsung diterapkan melalui kegiatan dialog, tubian pola, dan penerapan. Tubian yang dilakukan mencakupi tubian pengulangan dan tubian respons.
8.      Tujuan pengajaran bahasa komunikatif ialah agar siswa dapat berkomunikasi dalam permaian bahasa yang sebenarnya dalam bentuk bahasa yang diterima. Dalam pelaksanaannya, jika diperlukan Bahasa Kesatu (B1) dan penerjemahkan dapat digunakan. Tata bahasa diberikan.
9.      Pengajaran dengan respons fisik total menekankan penguasaan kemampuan menyimak pada awal pelajaran. Pemahaman dan retensi paling baik dipelajari melalui gerakan fisik sebagai respons terhadap perintah guru. Kegiatan berbicara baru dilakukan bila siswa sudah benar-benar siap. Proses siswa dilaksanakan melalui langkah = latihan mendengarkan, produksi dan membaca serta menulis.
10.  Pendekatan alamiah dikembangkan berdasarkan keyakinan bahwa penguasaan bahasa lebih banyak terjadi melalui proses pemerolehan secara alamiah yang digabungkan dengan teori monitor dan Krashen. Pendekatan ini dalam penerapannya sangat mementingkan pemerolehan kosakata.


Macam Analisis Wacana

Banyak model dan teori analisis wacana yang dikembangkan oleh para ahli. Seperti yang dijabarkan oleh Eriyanto (2001) dalam buku Analisis Wacana, ada beberapa model analisis wacana yang populer dan banyak digunakan oleh para peneliti, diantaranya adalah model dan teori analisis wacana yang dikembangkan oleh Roger Fowler dkk (1979), The van Leeuwen (1986), Sara Mills (1992), Norman Fairclough (1998) dan Teun A. Van Dijk (1998).
Menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Melalui berbagai karyanya, van Dijk membuat kerangka analisis wacana yang dapat didayagunakan. Van Dijk membaginya kedalam tiga tingkatan :
  1. Stuktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa.
  2. Superstuktur, adalah kerangka suatu teks : bagaimana stuktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.
  3. Stuktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisa kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai dan sebagainya.
Sumber referensi : Analisis Teks Media (Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing) / Drs. Alex Sobur, M.Si / Penerbit : Rosda